Sebagai
daerah tropis Pulau Bali juga memiliki dua musim berbeda seperti halnya
pulau-pulau lain yang membentuk kepulauan Republik Indonesia. Musim hujan yang
terjadi pada bulan November sampai dengan Maret selalu menjadi ketakutan
tersendiri bagi pengelola Tari Kecak Uluwatu. Hal ini tentunya karena konsep
panggung tempat pertunjukan yang dibuat tanpa atap sering menyulitkan pengelola
untuk tetap memaksa pentas di stage utama.
Karena
alasan untuk mempertahankan keaslian tempat dan lingkungan disekitar dengan
menciptakan suasana yang menyatu dengan alam sekitar maka panggung pertunjukkan
sengaja dibuat tetap terbuka, hal inilah yang kemudian mendorong pengelola Tari
Kecak Uluwatu untuk memikirkan alternative lain agar pertunjukan tetap bisa
dilaksanakan. Melalui pendekatan-pendekatan dengan desa adat setempat dan pihak
Puri Jero Kuta sebagai pengempon Pura Uluwatu maka disepakati bahwa Wantilan
Jaba Sisi (bangunan besar yang terletak dibawah tangga keluar Pura Uluwatu)
menjadi alternative yang bisa digunakan sebagai tempat pertunjukan. Wantilan
yang biasanya dipakai untuk tempat beristirahat bagi mereka yang datang
bersembahyang ke Pura Uluwatu ini dimanfaatkan sebagai stage pengganti jika
hujan.
Bangunan
wantilan ini terletak diujung bawah tangga tempat turun disis kana Pura
Uluwatu, Bangunan pada mulanya dibuat hanya untuk menampung para umat yang
datang selama odalan (upacara) berlangsung, tempat ini biasanya dipakai untuk
tempat menginap bagi mereka yang datang untuk ngayah selama upacara
berlangsung. Selain itu biasanya juga dimanfaatkan oleh para wisatawan yang
kelelahan setelah berjalan mengelilingi pura atau tebing yang berada dikawasan
Pura Uluwatu.
Bangunan
wantilan ini memiliki lantai dasar yang memanjang dengan ukuran ± 6 X 15 meter
memiliki lantai yang berundak disisi luar kanan dan kirinya. Dengan kondisi
lantai yang seperti itu oleh pengelola sering disulap menjadi sebuah panggung
yang unik dengan ditambahkan beberapa kursi sebagai tempat duduk wisatawan.
Kondisi yang agak sempit ini hanya menghasilkan tempat duduk yang kurang dari
300 orang. Bangunan yang dibuat seperti balai pertemuan ini memiliki konstruksi
yang sangat kuat dan atap yang betingkat sehingga kalau kita menoleh kebagian
plafon atas akan tampak sekali konsep balai pertemuan yang biasa kita sering
temukan dibeberapa banjar yang ada di Bali. Pad bagian depan bangunan wantilan
ini ditambahkan taman dan kolam yang biasa dipakai oleh kumpulan kera yang
berada dikawasan Pura Uluwatu untuk sekedar minum air maupun berenang
kesana-kesini dengan lucunya, hal ini menjadi pemandangan yang sangat unik yang
biasa dilihat oleh para wisatawan yang melintas. Penambahan patung kera yang
sangat besar ditempatkan paling ujung kolam sehingga mampu menambah kesan kolam
tersebut merupakan tempat yang sengaja disiapkan untuk para kera.