Friday, 31 January 2014

Apakah Tari Kecak Uluwatu tetap pentas ketika hujan?

Sebagai daerah tropis Pulau Bali juga memiliki dua musim berbeda seperti halnya pulau-pulau lain yang membentuk kepulauan Republik Indonesia. Musim hujan yang terjadi pada bulan November sampai dengan Maret selalu menjadi ketakutan tersendiri bagi pengelola Tari Kecak Uluwatu. Hal ini tentunya karena konsep panggung tempat pertunjukan yang dibuat tanpa atap sering menyulitkan pengelola untuk tetap memaksa pentas di stage utama.
 
Karena alasan untuk mempertahankan keaslian tempat dan lingkungan disekitar dengan menciptakan suasana yang menyatu dengan alam sekitar maka panggung pertunjukkan sengaja dibuat tetap terbuka, hal inilah yang kemudian mendorong pengelola Tari Kecak Uluwatu untuk memikirkan alternative lain agar pertunjukan tetap bisa dilaksanakan. Melalui pendekatan-pendekatan dengan desa adat setempat dan pihak Puri Jero Kuta sebagai pengempon Pura Uluwatu maka disepakati bahwa Wantilan Jaba Sisi (bangunan besar yang terletak dibawah tangga keluar Pura Uluwatu) menjadi alternative yang bisa digunakan sebagai tempat pertunjukan. Wantilan yang biasanya dipakai untuk tempat beristirahat bagi mereka yang datang bersembahyang ke Pura Uluwatu ini dimanfaatkan sebagai stage pengganti jika hujan.

Bangunan wantilan ini terletak diujung bawah tangga tempat turun disis kana Pura Uluwatu, Bangunan pada mulanya dibuat hanya untuk menampung para umat yang datang selama odalan (upacara) berlangsung, tempat ini biasanya dipakai untuk tempat menginap bagi mereka yang datang untuk ngayah selama upacara berlangsung. Selain itu biasanya juga dimanfaatkan oleh para wisatawan yang kelelahan setelah berjalan mengelilingi pura atau tebing yang berada dikawasan Pura Uluwatu.

Bangunan wantilan ini memiliki lantai dasar yang memanjang dengan ukuran ± 6 X 15 meter memiliki lantai yang berundak disisi luar kanan dan kirinya. Dengan kondisi lantai yang seperti itu oleh pengelola sering disulap menjadi sebuah panggung yang unik dengan ditambahkan beberapa kursi sebagai tempat duduk wisatawan. Kondisi yang agak sempit ini hanya menghasilkan tempat duduk yang kurang dari 300 orang. Bangunan yang dibuat seperti balai pertemuan ini memiliki konstruksi yang sangat kuat dan atap yang betingkat sehingga kalau kita menoleh kebagian plafon atas akan tampak sekali konsep balai pertemuan yang biasa kita sering temukan dibeberapa banjar yang ada di Bali. Pad bagian depan bangunan wantilan ini ditambahkan taman dan kolam yang biasa dipakai oleh kumpulan kera yang berada dikawasan Pura Uluwatu untuk sekedar minum air maupun berenang kesana-kesini dengan lucunya, hal ini menjadi pemandangan yang sangat unik yang biasa dilihat oleh para wisatawan yang melintas. Penambahan patung kera yang sangat besar ditempatkan paling ujung kolam sehingga mampu menambah kesan kolam tersebut merupakan tempat yang sengaja disiapkan untuk para kera.

No comments:

Post a Comment